Monday 21 February 2011

Nugroho dan Catatan Kecil tentang Pilihan serta Pengalaman

Posted only for u

Saya jadi bingung saat ada teman yang minta saya bercerita tentang awal mula membangun usaha. Banyak keraguan, karena saya masih merasa belum banyak pencampaian yang mungkin sudah saya dapatkan. Kira-2 ada berapa banyak ya..planing yang sudah kita canangkan dalam kehidupan kita kedepan ??? Saya memiliki banyak hal serupa itu. Berapa banyak hal yang sudah berhasil kita capai dalam hidup ? Bagi saya pribadi, saya memiliki banyak hal yang belum berhasil menyentuh pencapaian serupa itu. Bahkan kadang kadang saya masih menuntut tanggungjawab nasib atas begitu banyaknya hal yang tidak berhasil saya capai.


Tapi, ketika secara sungguh-sungguh menengok ke belakang, ternyata kegagalan saya lebih banyak disebabkan karena saya sendiri. Bukan oleh nasib saya. Ada yang karena saya tidak tahu caranya. Atau saya salah melakukannya. Atau saya semberono dalam merencanakannya. Dan yang lebih sering lagi karena saya tidak benar-benar berani membayar harganya dengan totalitas diri saya sendiri. Saya mencanangkan cita-cita besar yang tentunya menuntut harga yang besar untuk dibayar. Sebuah harga yang hanya bisa terbayar dengan totalitas.

Beberapa minggu yang lalu saya ketemu teman lama di masjid sehabis shalat jumat secara gak sengaja. Rupanya dia mengira saya masih bekerja sebagai engineer untuk sebuah perusahaan multinasional. Maka akhirnya saya jelaskan bahwa saya sudah mengundurkan diri dari perusahaan itu.

Secara karir dan material saya mendapatkan banyak manfaat dari perusahaan itu. Mungkin lebih banyak dari kebanyakan teman yang dulu sama-sama masuk ke sana pada periode yang sama. Itu juga berarti saya harus mengakhiri semua 'kenikmatan hidup' yang telah selama bertahun-tahun memanjakan kami. Juga kenyamanan yang sebenarnya sangat saya sukai. Tapi, saya menginginkan 'lebih' dari itu, yang saya percaya tidak akan saya temukan jika bekerja disana atau di perusahaan kelas dunia manapun. Bukan karena perusahaan-perusahaan itu kurang baik. Tapi karena saya sendiri yang menuntut lebih banyak untuk hidup saya. Bagi saya pribadi perusahaan itu adalah one of great companies to work for. Terutama untuk 'pertumbuhan pribadi saya' yang terus dipacu untuk mencapai puncak kapasitas diri. Namun, saya merasa belum cukup untuk mendapatkan apa yang sesungguhnya saya inginkan.

Memang sebenarnya saya memiliki pilihan lain, yaitu menjadi karyawan sambil nyambi wirausaha. Tapi sangat sulit bagi saya untuk melakukan hal itu meskipun saya melakukannya setelah pulang kantor. Sebab, apa yang saya lakukan tidaklah maksimal. Padahal boleh jadi pada saat itu perusahaan tempat saya bekerja sedang berjibaku untuk sesuatu yang seharusnya menjadi tanggungjawab saya. Ini bukan soal salah dan benar, melainkan soal 'value pribadi.

Akhirnya saya memulai 'pekerjaan sendiri'. Tidak ada modal kapital yang secara rasional bakal bisa 'meningkatkan kualitas hidup kami', atau sekedar 'menyamai apa yang selama ini pernah kami dapatkan'. Atau bahkan untuk sekedar menyelamatkan' hidup kami. Meski pada waktu itu istri juga bekerja, tapi saya camkan dalam diri saya jika saya gagal, istri dan anak-anak saya mungkin tidak bisa makan. Itu yang membuat saya berdoa bisa lebih khusuk daripada sebelumnya.

Alhamdulillah, sampai hari ini saya masih bisa bertahan. Tidak terlalu buruk untuk ukuran seorang pemula yang bermodal utama kenekatan. Meski masih sering kalah oleh Biro Perjalanan Wisata yang sudah besar atau para pengusaha tour and travel yang sudah senior. Lagi pula, saya meyakini benar bahwa hidup bukanlah soal kalah atau menang. Mungkin jika sekarang saya mengalami keadaan 'seolah kalah', maka suatu saat nanti saya bisa menemukan banyak hikmah.

Perusahaan-perusahaan sekarang menghadapi banyak tantangan. Misalnya, bagaimana meningkatkan profesionalisme kerja karyawan, bagaimana membangun kegigihan dan semangat pantang menyerah para pegawai, bagaimana membangun integrasi operasional dan aliansi antar divisi, bagaimana membangun kepemimpinan efektif dan sebagainya. Di sisi lain, kompetitor juga semakin kreative memainkan perannya. Atau bahkan sekedar copy paste. Saya melihat ini sebagai peluang bagi pengusaha pemula seperti saya mendedikasikan diri kepada sesuatu yang memberikan nilai unik (Differensiasi). Menggunakan daya pikir dan pengalaman pribadi. Sehingga, meskipun pakem managemen itu sama, namun warnanya pasti menjadi berbeda dengan sentuhan pribadi dari sang pengusaha. Atau, meskipun teori kepemimpinan itu relatif tidak berubah. Namun, saya meyakini kalau ada hal-hal pribadi yang bisa mengubah teori dan texbook menjadi sesuatu yang lebih aktual.

Saya melihat banyak pengusaha hebat seperti itu. Dan saya ingin mengikuti jejak mereka. Maka meski tertatih, saya terus berlatih agar tertular kecanggihan mereka. Saya ingat seorang teman saya yang barusah memutuskan resign dari tempat kerja dan lebih memilih berwirausaha.

Sebelumnya dia pernah nulis di inbox saya kurang lebih seperti ini..:” Boss saya minta saran sebaiknya bagaimana ? Saya kerja di PT dengan kondisi sekarang cuma sangat sulit buat saya buat menegembangkan bisnis. Atau saya resign dengan mulai dengan bisnis. Yang jadi ganjalan saya adalah, kalo saya resign sekarang saya cuma dapat uang pisah, tapi kalo saya bisa bertahan sampai 1,5 tahun lagi saya dapat kategori pensiun dini. So sebaiknya bagaimana boss ? please advise me ?

Trus saya balik tanya ke dia soal peluang keberhasilan dia jika bertahan ditempat kerja atau resign dan membangun wirausaha ? Dengan yakin dia bilang 50 : 50. Maka langsung saya jawab...”Resign !”

Karena 50% yang dia anggap kegagalan sebenarnya justru keberhasilan yang dia bungkus dengan ketakutan karena sesuatu itu belum dia lakukan...Akhirnya dia memutuskan RESIGN.

Saya sebenarnya terkesan dengan semangat nya yang begitu gigih memperjuangkan mimpi-mimpinya. Tentu tidak mudah bagi dia yang tengah menduduki puncak kenikmatan untuk menceburkan diri kedalam gelombang lautan perjuangan yang penuh dengan ketidakpastian. Jika kita termasuk orang-orang seperti dia, maka insya allah kesuksesan siap menjemput kita. Semoga jalan mendaki yang kini dia dan yang akan kita lalui bisa berbuah manis menjadi senyuman yang indah di kemudian hari. Jika kita sudah menunjukkan totalitas diri atas apa yang sudah kita canangkan, semoga Allah berkenan mengijinkan alam untuk mendukung (hehehe....berat kali bahasanya).

Jadi cepat atau lambat totalitas yang kita berikan bisa menutupi harga yang harus kita bayar. Setelah semuanya terbayar lunas, semoga kiranya kita masih memiliki sisa-sisa tenaga untuk mencapai BEP. Setelah itu, barulah kita mendapatkan laba yang sepadan.

Satu hal yang ingin saya himbau untuk diri saya sendiri dan mungkin buat yang lainnya. Mari membebaskan diri dari anggapan bahwa pilihan hidup sebagai seorang wirausaha lebih baik daripada teman-teman yang memilih untuk terus menjadi karyawan. Sama sekali tidak. Sebab di mata Allah, nilai kita tidak ditentukan oleh status pekerjaan. Melainkan oleh ketulusan kita untuk mensyukuri seluruh potensi diri yang telah diberikan-Nya. Dalam bentuk kesediaan untuk mendayagunakannya dalam apapun pilihan hidup yang kita buat. Dan jika kita bersedia menjalaninya dengan totalitas diri, semoga Allah berkenan mengijinkan kita untuk mendapatkan imbalannya. Langsung dari tangan-Nya.

Saya meyakini bahwa Allah menghamparkan bumi sedemikian luasnya. Dan membentangkan langit yang nyaris tanpa batas. Gimana mungkin kita yang kecil ini merasa terhimpit dalam ruang yang sempit ? Tidak. Karena karunia allah luasnya melampaui langit dan bumi.

Semoga Allah senantiasa menyertai setiap pilihan yang kita ambil dalam hidup ini. Amin

No comments:

Post a Comment

Tidak diperkenankan memberikan komentar yang bersifat mendeskriditkan pihak lain, berbau SARA dan atau hal-hal yang bisa merugikan orang lain

Tangisan Rasulullah untuk Pria Ini Mampu Guncangkan Arsy

Pusat Tiket, Tour, Umrah dan Haji Khusus Rasulullah SAW merupakan sosok manusia paling sempurna keimanannya kepada Allah SWT. Sama seperti...