Monday 8 November 2010

Perbandingan Tidak Rasional dan kemana sebenarnya uang mengalir...

Kejadian ini baru saya alami kemaren ketika istri saya bisa saja rela berbelanja jauh hanya untuk mendapatkan barang yang berdiskon. Sebenarnya dia hanya membeli hadiah ultah keponakan yang harganya mungkin gak seberap hanya untuk menghemat 50rb rupiah

Kenapa dia memilih berbelanja ditempat yang lebih jauh padahal ada tawaran di tempat lain yang mungkin harganya kurang lebih sama atau bahkan bisa jadi lebih murah "Ah, sekalian beliin buku anak-2 dan di mall kan lebih adem. Hal ini karena untuk ngedapetin discoun 50rb atau emang ada tujuan lainnya ...hmmmm

Kadang kita sering berpikir dengan tidak rasional. Karena kita berpikir ketika kita membandingkan sesuatu hal dengan hal lainnya. Entah itu sebuah penawaran, cara kita menawar, cara kita hidup selalu seperti itu.

Saya kasih contoh ....siang ini saya barusan ngobrol sama istri sehabis dia pergi ke rumah saudara. Saudara saya ini adalah seorang pegawai yang bekerja selama belasan tahun di sebuah perusahaan yg cukup dikenal. Sampai akhirnya memperbincangkan masalah pendapatan (lebih tepatnya gaji)

"Tapi saya sudah bekerja selama belasan tahun. Saya tidak puas dengan gaji saya." begitu keluhannya..Dia bahkan menggambarkan bahwa dari tahun ketahun mereka selalu mendapatkan kenaikan gaji yang cukup memadai tapi tingkat kebutuhan akan biaya hidup sehari-hari sepertinya ngga mungkin bisa dikejar.

Trus apa yang membuat sampean masih tidak puas?" cecar saya ke istri saya. Katanya, dia bisa punya kesempatan mendapatkan gaji yang lebih besar jika melamar ke perusahaan lainnya.
Hmmmm...Ternyata dia membandingkan dirinya dengan yang lain yang mungkin belum tentu didapatkannya. Bukan karena dia tidak puas dengan gajinya, tapi dia tidak puas karena dia mulai membandingkan dengan yang lain.

Dalam kehidupan, kita selalu membandingkan diri kita terlalu banyak dengan apapun selain dengan yang kita dapatkan sekarang. Kalo perbadingan nya dengan orang lain ....mungkin akan bilang, "Dia punya mobil, saya tidak punya. Dia punya rumah lebih besar lagi dari kita. Bukan karena kita butuh rumah yang lebih besar, tapi karena kita tidak puas orang lain memiliki sesuatu yang lebih besar dari kita.

Marilah kita hidup dengan lebih sadar bahwa membandingkan sesuatu dengan yang lain itu tidaklah baik. Lebih penting apa yang anda miliki sekarang dan sudah memuaskan anda. Dan kita harus lebih bisa sadar dengan hal ini.

Buat saya, untuk kasus ini kita melihatnya dari gimana kita menyikapinya aja... yang penting perasaan n kepuasan hati kita... selama kita puas dan ga merugikan orang lain ya ga masalah kan... kadang kita punya kenikmatan tersendiri dari kita jalan2 di mall yang kita suka walau barangnya lebih mahal,,,, kadang ibu2 juga lebih suka ngantri berjam2 desek2kan demi diskon yang ternyata cuma segitu,,, yang penting hati puas

Nah klo masalah gaji, kasus ini menunjukkan kurang bersyukurnya kita atas apa yang kita dapat, moga aja kita jadi bisa introspeksi diri kita, udah bersyukur belum kita atas apa yang kita dapat.... pastinya, dimanapun kita kerja, dimanapun kita berada, pasti ada yang namanya ketidak cocokan, betul ga ? nah gmn cara kita menghadapi hal ini aja.

Tapi menyikapi kasus ini..ya tidak harus ditelan apa adanya, kadang pembanding itu perlu, pengukuran, dsb,
jgn sampai seperti katak dalam tempurung, atau jangkrik didalan kotak, atau juga comfort zone, atau juga puas dgn bambu runcing, sedangkan kita bisa membuat senapan angin, dsb

Pembanding itu perlu, dalam hal yg positif seperti ngelamar lagi ditempat lain, daripada main sikut atau hal negatif di tempat kerjanya yg lama untuk dapat gaji yang lebih baik.

Terus dari mana dan kemana uang mengalir agar kita senantiasa mensyukuri apa yang kita dapatkan dan tetap bersemangat meningkatkan apa yang kita dapatkan ? Dengan pemahaman ini kita akan lebih mudah mengelola kiat meningkatkan penghasilan.

Berikut pendapat saya mengenai aliran uang. Uang halal mengalir kepada mereka yang selalu berusaha mengalirkan uang ke orang yang membutuhkan. Pernahkah anda menemukan pengusaha bangkrut karena bersedekah? Saya percaya tidak ada. Mental entrepreneur hakekatnya adalah mental “tangan di atas” alias mental memberi. Dalam keseharian mental ini terlihat dari cara-cara mengelola uang. Mereka yang bermental “tangan di bawah” sering bangga apabila mendapat sesuatu secara gratis. Mereka bangga jika ditraktir makan, bangga dikasih kaos gratis, bangga diberi hadiah, bantuan atau apapun yang gratis. Sebaliknya mental entrepreneur akan merasa bangga bila sudah mentraktir makan, memberi sumbangan, memberi hadiah.


Orang-orang yang selalu berusaha memberi akan mencari cara supaya dapat terus memberi. Alhasil secara logis, anda yang suka memberi akan selalu berusaha memiliki, dan dampaknya tentu saja akan dialiri rejeki yang tak terbatas. Maka, sedekahlah. Jangan tunggu kaya baru sedekah. Justru karena masih susah mendapatkan uang, mulailah menyisihkan uang untuk diberikan ke orang lain. Niscaya kelak akan banyak uang mengalir ke kantong anda. Teruslah perbanyak sedekah, rejeki akan terus mengalir. Begitu kita bersedekah, mental kita berubah menjadi ”tangan di atas”, dan pada saat yang sama kita menjadi bermental kaya.

Kedua, uang mengalir kepada para pencipta atau kreator. Anda yang pandai menciptakan sesuatu, akan lebih mudah mendapatkan uang. Menciptakan yang dimaksud bukan selalu yang tampak canggih seperti mesin mobil hemat energi, mobil berbahan bakar air atau lainnya, tapi juga menciptakan sistem dalam bisnis, menciptakan standar tertentu, program komputer tertentu, menulis buku dan sebagainya. Pencipta akan selalu dikenang sebagai pemenang. Dalam bisnis, kita boleh meniru pada awalnya, sedangkan untuk berkembang perlu melakukan inovasi.

Ketiga, uang mengalir kepada yang menciptakan nilai tambah. Jika anda punya warung makan bersebelahan dengan warung makan lain yang lebih laris, anda wajib melihat nilai tambah yang dia miliki. Begitu anda memiliki nilai tambah dibanding warung lain, anda akan tenang karena rejeki akan mengalir ke kantong anda.

Keempat, uang mengalir kepada yang pintar meningkatkan produktivitas uang. Saya menyebutnya mental entrepreneur, yakni mental mengeluarkan uang untuk menjadi uang yang lebih banyak. Robert T Kiyosaki memperkenalkan istilah ”uang bekerja untuk kita” bukan kita bekerja untuk uang. Pesan saya, jika rekening anda ada tambahan uang, mulailah berpikir kemana uang tersebut akan dialirkan. Sebagian untuk sedekah, sebagian untuk pengembangan usaha, sebagian untuk investasi, sebagian lagi untuk keperluan konsumtif. Sebagian dari kita, jika mendapatkan uang langsung berpikir yang konsumtif seperti membeli mobil baru, motor baru dan hal-hal lain yang justru menimbulkan pengeluaran baru.


wallahuallam...

No comments:

Post a Comment

Tidak diperkenankan memberikan komentar yang bersifat mendeskriditkan pihak lain, berbau SARA dan atau hal-hal yang bisa merugikan orang lain

Tangisan Rasulullah untuk Pria Ini Mampu Guncangkan Arsy

Pusat Tiket, Tour, Umrah dan Haji Khusus Rasulullah SAW merupakan sosok manusia paling sempurna keimanannya kepada Allah SWT. Sama seperti...