Thursday 11 November 2010

Silaturahmi adalah Kekuatan Kembangkan Bisnis

Welcome To A-RAYA Travel

“Usaha yang dilakukan secara sederhana ternyata lebih cepat berkembang, apalagi ditunjang dengan kekuatan silaturahmi.”


Saat awal belajar usaha ternyata kita sering salah melakukan sesuatu, terlalu berpikir njelimet, dan rumit. Seakan dalam berusaha itu seperti mau berperang melawan musuh. Untuk persiapan berusaha kita persiapkan jauh-jauh hari, mulai sekolah berlama-lama sampai akhirnya di perguruan tinggi. Setelah lulus sarjana ternyata belum jadi pengusaha juga. Kita malah sering bingung sendiri. Dari semenjak jadi sarjana saja, ilmu demikian banyak, penerapannya malah menjadi rumit. Dari belajar manajemen SDM saja misalnya, ilmu yang dipelajari seabreg, mulai dari mempelajari rekrutmen pegawai, cara penggajian, hingga melakukan pelatihan dan peningkatan keterampilan pegawai. Jika terus diikuti ilmunya jelas tak akan habis-habis.

Selanjutnya, kita kejar belajar organisasi agar tahu cara berorganisasi, belajar keuangan agar tahu cara mengelola keuangan, belajar pemasaran agar tahu cara menjual barang, belajar ekonomi makro, dan ekonomi mikro agar tahu perkembangan pergerakan ekonomi secara keseluruhan. Banyak sekali ilmu yang perlu dipelajari. Tetapi setelah selesai belajar, kita malah sering stres, ilmu apa dulu ya yang perlu diaplikasikan dalam pekerjaan? Menggunakan teori apa ya agar usaha bisa berdiri?

Semua yang dipelajari di atas ternyata baru teori cara mengelola perusahaan. Sementara, produk apa yang akan kita usahakan belum juga ketemu. Dari sini kita berpikir njelimet lagi sehingga sudah sekian tahun kita belajar—bahkan sampai bergelar doktor sekalipun namun perusahaan belum berdiri juga karena kita belum ketemu produk yang akan diusahakan. Akhirnya, kita terdampar menjadi dosen karena kita terus-menerus meneliti. Ketika ditanya, “Bagaimana wiraswastanya?” Jawabannya, “Belum siap !” Karena dalam berwirawasata, katanya, kita harus siap mental, punya keberanian, punya modal, berpengalaman, dan banyak persyaratan lainnya. Sehingga, lagi-lagi kita semakin jauh dari mimpi punya usaha sendiri.

Namun, kalau kita berpikir sederhana, kita akan melirik kepada perusahaan-perusahaan yang telah berdiri. Ternyata, usaha yang dilakukan secara sederhana justru bisa cepat berkembang. Dengan berjualan kopi saja, misalnya, begitu banyak perusahaan berhasil menggapai kesuksesan besar. Pemainnya ada Starbucks, Kopi Luwak, Coffee Beans, dll.

Contoh lain, jualan ayam goreng di sini berdiri KFC, AW, McDonald, dll. Atau, jualan donat saja ada Dunkin Donuts dan J.Co Donuts. Atau sekelas ayam goreng kriuk "GusPur juga gak kalah enak (hehehe..mas pur, sdh dicantumkan produknya, jgn lupa royaltinye). Ternyata, produk yang diusahakan oleh semua perusahaan tadi adalah produk-produk sederhana. Saya yakin banyak dari kita pun mampu mengembangkan produk seperti itu. Cuma, ya itu tadi, karena cara berpikir kita terlalu njelimet sehingga pendirian usaha tak jadi-jadi.

Untuk itu, mencontoh dari keberhasilan mereka, mulailah mengusahakan produk sederhana. Misalnya, kalau mau jualan tahu buat deh berbagai model tahu; kemasan tahu, variasi tahu, dan pendamping makan tahu. Atau, makan tahu pakai kecap dan cabe, tahu pakai saos, tahu goreng, tahu pakai sayuran, tahu potong miring, tahu bulat, tahu putih, atau tahu warna. Lalu, tinggal dikasih merek agar tahu yang kita jual pun jadi branded.

Juga jual tempe, ya tempe goreng, tempe goreng tepung, tempe bacem, atau tempe mendoan. Lalu, dimakan pakai sambel, tempe diorek, tempe dikukus, tempe potong tebal, potong tipis, tempe kuning, tempe merah, ya pokoknya tempe dibuat variasinya, lalu kasih merek lagi biar branded. Jadi, deh usahanya. Dengan demikian, kalau usaha ingin cepat berkembang, kita juga tak perlu berpikir yang njelimet-njelimet. Yang sederhana saja, setelah itu kembangkan secara menarik.

Bila banyak pakar pemasaran, pakar inovasi, mulai berpikir dan mendorong bangsa Indonesia ke arah pengusahaan kekayaan dan warisan makanan nenek moyang kita, dengan cara sederhana seperti itu, saya yakin akan ada banyak pengusaha kita bisa cepat berhasil. Kita juga kenal Jajanan melayu nya Nay@dam ala mas Wisnu atau sederet nama lainnya.

Memang agak terbalik cara berpikir kita. Kebayakan dari kita inginnya yang canggih-canggih. Misalnya, membuat pesawat terbang atau membuat produk dengan teknologi tinggi. Sementara, bangsa lain seperti Malaysia berpikir sederhana yaitu mengembangkan produk dari dasar tradisional sehingga kita sering kebobolan, yaitu banyak warisan budaya kita yang diambil oleh mereka. Padahal, ribuan budaya kita ternyata juga masih banyak yang bisa dikembangkan. Gampangnya, ambil salah satu, kemas dengan baik, kembangkan.

Dan, warisan budaya Indonesia sangat kaya. Setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing sehingga kemasan budaya ini akan cepat berkembang menjadi usaha yang bisa menarik tujuan pariwisata dunia. Misalnya, batik yang telah diakui dunia adalah merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia. Dan, produk-produk lain toh masih banyak yang perlu dikembangkan. Kemudian, setelah produk yang secara sederhana diusahakan, tinggal kita memperkuat pengembangan dan pemasarannya, yaitu lewat kekuatan jaringan silaturahmi.

Kegiatan silaturahmi juga merupakan budaya di Indonesia yang perlu dikedepankan. Namun, terkadang kita kurang menyadari sehingga kita terlalu njelimet mencari teori-teori lain yang lebih rumit. Padahal, kalau kita mengembangkan dan meluaskan tali silaturahmi saja—yang dimanfaatkan buat pengembangan usaha—saya yakin usaha kita akan cepat berkembang. Dalam pengembangan usaha lewat silaturahmi, kita bisa membuat event tempat orang bisa ramai-ramai berkumpul banyak. Mereka bisa bertukar pikiran tentang cara mengusahakan suatu produk, mereka bisa bertemu dalam satu tempat, dan mereka juga bisa saling memasarkan produknya.

Dalam silaturahmi kita berpikir meluaskan hubungan dan relasi sehingga kita dapat mengemasnya dengan berbagai cara meluaskan hubungan. Misalnya, lewat pertemuan melalui hobi, olahraga, gathering, organisasi, pengembangan cabang usaha, chating lewat internet, blog, Facebook, website, dll. Dengan begitu, semakin luas kita bersilaturahmi—meskipun produk yang diusahakan sederhana—itu akan membuat produk kita tersebar meluas ke konsumen.

Alhasil, produk tersebut akan berkembang sesuai dengan permintaan konsumen. Akhirnya, produk akan kuat di pasar dan dibutuhkan oleh pelanggan setianya. Sehingga, produk tradisional kita tak kalah oleh produk-produk keluaran bangsa lain. Karena itu, menggerakan usaha sederhana akan lebih cepat berkembang, apalagi kalau didukung oleh kekuatan silaturahmi

Selamat mencoba !

No comments:

Post a Comment

Tidak diperkenankan memberikan komentar yang bersifat mendeskriditkan pihak lain, berbau SARA dan atau hal-hal yang bisa merugikan orang lain

Tangisan Rasulullah untuk Pria Ini Mampu Guncangkan Arsy

Pusat Tiket, Tour, Umrah dan Haji Khusus Rasulullah SAW merupakan sosok manusia paling sempurna keimanannya kepada Allah SWT. Sama seperti...